VISITOR

Flag Counter

bahasa gaul kalangan anak muda

MAKALAH BAHASA INDONESIA “FAKTA KEBAHASAAN INDONESIA” PENGGUNAAN BAHASA GAUL DI KALANGAN ANAK MUDA Disusun Oleh : Nama : Yhoshiki Alifia Kusumastopo NIM : A102.10.070 KELAS : 1B2 AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA 2014 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang dipakai oleh masyarakat untuk mengekspresikan gagasan yang telah menjadi konsesus bersama. Ekspresi bahasa tersebut menggambarkan kecenderungan masyarakat penuturnya. Oleh karenanya, untuk mempelajari dan menjelaskan bahasa niscaya harus melibatkan aspek - aspek sosial yang mencitrakan masyarakat tersebut (Harimurti Kridalaksana, 1985: 4), seperti tatanan sosial, strata sosial, umur, lingkungan dan lain - lain. Berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Chomsky bahwa bahasa adalah asocial karena mengabaikan heterogenitas yang ada dalam masyarakat, baik status sosial, pendidikan, umur, jenis kelamin latar belakang budayanya, dan lain-lain (SilalArimi, 2008). Chomsky (dalam Wardhaugh, 1986: 10) memilah antara bahasa di satu sisi dan budaya di sisi lain. Dalam mempelajari bahasa yang berhubungan dengan social budaya akan menghasilkan empat kemungkinan. Pertama, struktur social dapat mempengaruhi dan menentukan struktur atau perilaku bahasa. Kedua, struktur dan perilaku bahasa dapat mempengaruhi dan menentukan struktur sosial. Ketiga, hubungan keduanya adalah timbal balik. Keempat, struktur social dan struktur bahasa sama sekali tidak berhubungan. Belakangan ini penggunaan bahasa Indonesia baik dalam kehidupan nyata maupun kehidupan fiksi, sudah mulai mengalami interverensi dan mulai bergeser digantikan oleh penggunaan bahasa gaul. Dengan pemakaian bahasa gaul pemakainya akan dikatakan orang modern atau orang kota dan bukan orang daerah yang kurang modern. Anggapan seperti ini jelas salah, karena bahasa gaul itu sangat dekat dengan bahasa betawi yang tidak lain adalah salah satu daerah juga di Indonesia. Antara bahasa Indonesia dan bahasa gaul tentunya lebih modern dan lebih maju bahasa Indonesia. Ini karena bahasa Indonesia merupakan bahasa tingkat nasional yang merupakan gabungan dari bahasa daerah di Indonesia dan bahasa asing. Sedangkan bahasa gaul merupakan bahasa tingkat daerah yang berasal dari daerah Betawi. Pengguna bahasa gaul dalam masyarakat luas di Indonesia tentunya berdampak negatif terhadap pengguna bahasa Indonesia secara baik dan benar pada saat ini dan masa yang akan datang. Saat ini masyarakat sudah banyak menggunakan bahasa gaul dan parahnya lagi generasi muda Indonesia tidak lepas dari penggunaan bahasa gaul ini. Bahkan para generasi muda inilah yang paling banyak menggunakan bahasa gaul daripada bahasa Indonesia di kehidupan sehari-hari. Penggunaan bahasa gaul dikalangan remaja dan anak muda sudah sangat luas dan sudah memprihatinkan, karena bahasa gaul yang mereka gunakan sudah aneh-aneh. Penggunaannya sudah tidak tahu tempat dan suasana, dengan siapa mereka bicara. Dengan terjadinya hal ini, sudah merusak keaslian dan kebakuan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Dengan menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, berarti kita sudah menjunjung tinggi Bahasa Persatuan sebagaimana tercantum dalam Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Meenjunjung tinggi bahasa Indonesia bukan berarti kita melupakan bahasa daerah masing-masing. Kita lebih baik berbahasa daerah daripada berbahasa gaul dalam situasi yang tidak resmi. Karena dengan kita menggunakan bahasa daerah kita sudah melestarikan bahasa daerah yang merupakan pemerkaya bahasa nasional yang sekaligus pemerkaya bahasa Indonesia. PEMBAHASAN Kehadiran bahasa gaul atau prokem dalam pergaulan sosial di negeri ini semakin meluas. Ruang-ruang publik dipenuhi dengan berbagai kosakata bahasa gaul. Bahasa tersebut saat ini telah tersebar luas. Penggunanya tidak hanya di kalangan remaja perkotaan tetapi juga telah merambah ke daerah-daerah pinggiran dan pedesaan akibat urbanisasi yang kian sulit terkendali. Para pemuda desa berbondong-bondong mengadu nasib ke kota khususnya Jakarta. Mereka disana akan bertemu dengan berbagai kelompok atau komunitas orang dan akan berinteraksi dengan banyak orang pula. Pastinya mereka telah menemukan kosa kata yang baru yang mungkin tidak pernah mereka dengar dan mereka gunakan sebelumnya. Sebagian dari kosa kata yang mereka dengar adalah bahasa gaul atau prokem. Secara tidak langsung mereka telah berperan sebagai juru bicara bahasa gaul ketika pulang ke kampung halaman. Mereka pasti akan memperkenalkan bahasa gaul ke dalam komunitas masyarakat pinggiran dan pedesaan hingga akhirnya akan menjadi bahasa pergaulan di kalangan remaja di daerah tersebut. Bahasa gaul atau prokem yang sudah merambah ke daerah-daerah pinggiran akan dapat mudah diserap oleh masyarakatnya. Apalagi anak-anak muda dan remaja. Dengan ide-ide kreatif mereka terkadang bahasa tersebut penggunaanya dapat di campur dengan bahasa daerah mereka yang nantinya akan memunculkan bahasa-bahasa yang baru lagi dan lucu. Dan mereka akan memperkenalkan bahasa tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Bahasa gaul akan cepat berkembang dikalangan remaja, karena bahasa gaul pada umunya digunakan sebagai sarana komunikasi diantara remaja sekelompoknya. Ketika seorang remaja sudah mengetahui satu bahasa gaul atau prokem yang menurut mereka itu masih asing, pasti mereka akan menggunakan bahasa tersebut dalam percakapan mereka sehari-hari pada saat mereka bertemu dan berkumpul dengan teman sebaya mereka, pasti mereka akan menggunakan bahasa tersebut dalam percakapan mereka. Secara tidak langsung mereka sudah menularkan bahasa itu kepada teman-teman sekelompoknya. Apabila mereka tidak menggunakan bahasa gaul atau prokem mereka akan dikatakan tidak gaul. Anak remaja akan dikatakan gaul dan modern apabila mereka mampu menyesuaikan dengan keadaan saat ini yaitu mampu menyesuaikan dengan informasi serta teknologi yang berkembang saat ini serta dapat menggunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya hal tersebut tidak lepas juga kaitannya dengan bahasa gaul yang akan mereka temui nanti yaitu ketika mereka menggunakan teknologi yang canggih saat ini. Dalam era globalisasi ini dimana semua alat teknologi sudah canggih, pastinya semua anak remaja tidak ketinggalan. Sebagai contoh handphone dikalangan anak muda, semua anak muda di Indonesia sudah memiliki handphone dari yang harganya selangit sampai yang terendah dengan berbagai macam fungsi dan kegunaanya. Melalui handphone anak muda dapat berkomunikasi dan bertukar informasi dengan teman. Salah satunya melalui sms mereka dapat berkomunikasi secara tertulis. Bahasa yang mereka gunakan dalam sms bermacam-macam, yang pasti singkat dan mudah dimengerti. Bahasa gaul dan prokemlah yang tidak lepas dari peristiwa ini. Kalau tidak, mereka juga akan menggunakan bahasa asing saat berkomunikasi melalui sms. Mereka akan menggunakannya dalam setiap pengiriman pesan. Dari kegiatan ini mereka akan menemukan bahasa-bahasa gaul yang baru pula. Selain dari sms mereka juga akan menemukan berbagai bahasa melalui internet, karena jaringan sudah semakin luas. Anak remaja saat ini tidak ketinggalan dengan informasi yang ada di internet. Tidak hanya anak muda bahkan semua orang dapat menemukan segala sesuatu dari internet. Dari internet akan memudahkan orang dalam berkomunikasi. Komunikasi melalui internet saat ini salah satunya adalah melalui facebook. Yang dapat dilihat dari status dinding yang mereka tulis di facebook sangat bermacam-macam bahasanya. Kaum remaja yang menjadi pengguna media sosial terbesar di negeri ini banyak sekali menggunakan bahasa gaul dalam mengekspresikan statusnya. Bahkan kaum remaja pemillik akun jejaring sosial akan terstigma sebagai remaja yang kurang gaul apabila menggunkan bahasa yang resmi. Mereka juga akan menggunakan bahasa sesuai perkembangannya. Bahasa akan selalu berkembang sesuai latar sosial budaya pemakainya baik berdasarkan kondisi sosiologis maupun kondisi psikologis penggunanya. Oleh karena itu, dikenal ada variasi atau ragam bahasa pedagang, ragam bahasa pejabat atau politikus, ragam bahasa anak-anak termasuk bahasa gaul. Hal tersebut merupakan perilaku kebahasaan dan bersifat universal. Bahasa akan terus berkembang dan memiliki aneka ragam variasi. Bahasa gaul sudah muncul sejak awal 70-an. Awalnya digunakan “bromocorah” agar orang di luar komunitas dari mereka tidak mengerti, jadi mereka tidak perlu sembunyi-sembunyi jika membicarakan hal yang negatif. Bahasa gaul yang disebut juga bahasa prokem dan digunakan dalam percakapan sehari-hari akan terus mengalami perkembangan. Bahkan semakin bervariatif apalagi dikalangan remaja. Misalnya kata “saya” yang dalam dialeg Jakarta atau Betawi menjadi “gue” berubah menjadi “ogut” atau “gout”. Yang lebih parah lagi misalnya sebutan untuk orang tua seperti ibu atau bapak berubah menjadi ”bokap” dan “nyokap”. Jika anak-anak muda tidak menggunakan bahasa gaul mereka akan merasa ketinggalan zaman, tidak gaul, dan sebagainya. Bahkan menurut kamus bahasa gaul sendiri, bergaul artinya supel, pandai berteman, nyambung apabila diajak untuk mengobrol, perang cerdas, dan serba tahu info-info tajam dan terpercaya alias luas wawasan. Karena begitu seringnya mereka gunakan di berbagai tempat, lama kelamaan orang awam pun mengerti yang mereka maksud sehingga bahasa prokem tidak lagi menjadi bahasa rahasia lagi. Kalangan orang tua sering kali merasa prihatin terhadap fenomena bahasa gaul. Mereka menganggap zaman sekarang semakin anak bergaul efek buruknya anak berpotensi menyerap kata-kata yang tidak pantas dan tidak sopan. Contoh berbagai ungkapan bahasa gaul beserta penggunaan bahasa gaul yang benar : 1. Ungkapan “pede aja, lagi!” “Pede” (PD) adalah bahasa gaul yang mengungkapkan perlunya seorang untuk percaya diri, namun ironisnya himbauan, saran atau perlunya seorang untuk bersikap percaya diri ini juga cenderung tidak dibatasi oleh norma-norma. Misalnya seorang gadis memakai rok mini dan memakai baju “you can see” disarankan untuk pede dengan pakaiannya itu. Bahkan bisa jadi si gadis memang merasa lebih pede dengan model pakaian demikian. ”Pede aja lagi!” begitulah bahasa mereka. Contoh lainnya, seseorang merasa pede hanya lantaran kecantikan atau ketampanan wajahnya semata. Pede hanya jika ke sekolah atau ke kampus membawa motor atau mobil, pede karena cuma mengandalkan status sosial keluarga, dan masih banyak kasus lainnya. Sedangkan merasa pede setelah memakai deodoran di ketiak, mereka akan berfikir daripada bau ketek dan mengganggu orang lain. Ukuran pede seperti itu , jelas tidak bermutu, selain itu juga keliru. Pasalnya pemahaman pede harus lebih ditempatkan dalam ukuran atau standarisasi nilai-nilai akhlak. Bahkan karena landasan fisik dan kebendaan semata. Contoh penggunaan ungkapan “pede aja lagi” yang baik dan benar: “kalau sudah belajar, pede aja lagi”, “kalau kita berada dalam kebenaran, pede aja lagi”, “kalau sudah berpakaian sopan, pede aja lagi”. 2. Ungkapan “gaul dong!” Ungkapan ini biasanya digunakan anak muda untuk mengejek teman yang kurang mengetahui dan mengikuti informasi yang berkembang saat ini. Jika perkembangan informasi itu baik dalam artian positif dan itu berguna bagi kita memang harus mengikutinya, tapi jika tidak, cukup untuk kita ketahui saja. Ungkapan gaul dong dapat kita gunakan untuk hal yang baik seperti : “sebagai seorang pelajar atau mahasiswa, gaul dong dengan buku!”, “masak remaja muslim gaulnya seperti itu? Gaul dong dengan remaja masjid.” 3. Ungkapan “kasihan deh, lo!” Ungkapan ini juga termasuk bahasa gaul yang masih cenderung normless. Sebab ungkapan tersebut seringkali terlontar pada konteks yang tidak tepat. Sebagai contoh, seorang remaja yang tidak mau mengikuti tren tertentu dianggap : “kasihan deh, lo!”. Begitu pula dengan remaja yang membatasi diri dari perilaku lainnya yang sesungguhnya memang perlu atau harus dihindari karena tidak sesuai dengan nilai atau norma-norma agama. Misalnya karena tidak pernah turun ke diskotik lengkap dengan ngedrink, ataupun perilaku negatif lainnya yang sudah menjadi bagian dari hidup remaja bisa juga menjadi ungkapan “kasihan deh, lo!” ini tertuju pada remaja yang sama sekali tidak mengetahui berbagai informasi yang memang sesungguhnya juga tidak perlu untuk diketahui. 4. Ungkapan “Nyantai aja, Coy!” Ungkapan “Nyantai aja, Coy!” tentu tidak masalah dalam kondisi tertentu, kata “nyantai” lebih tepatnya adalah “santai”. Sebagai contoh seorang remaja mengatakan “nyantai aja, coy!” kepada temannya karena temannya itu terlihat gelisah lantaran belum belajar untuk persiapan ujian besok pagi. ”Nyantai aja, coy!” terkadang bisa pula menunjukan ketidakpedulian terhadap lingkungan sosial atau orang lain. Misalnya, sseorang remaja putri sedang asyik ngobrol di telepon umum sementara banyak orang antri menunggu giliran. Ketika salah seorang menegurnya, ia malah menjawab “nyantai aja, coy!” . Jika mau dicermati tentu masih banyak ungkapan seperti ini yang sering dilontarkan para remaja namun tidak sesuai dengan konteksnya bahkan menafikan keluhuran nilai-nilai akhlak. Repotnya, apabila mereka dinasehati untuk menjauhi berbagai perilaku yang tidak baik, termasuk dalam menggunakan ungkapan yang tidak tepat (karena tidak sesuai dengan konteksnya), maka dengan mudahnya mereka malah berbalik mengatakan “nyantai aja, coy!”. Contoh penggunaan ungkapan “nyantai aja” yang baik adalah “Kalau kita sudah belajar dengan maksimal, nyantai aja menghadapi ujian.” Berikut contoh lain bahasa gaul dan sejarahnya : 1. Jayus Ucapan ini sangat populer dan diartikan sebagai suatu usaha untuk melucu tetapi tidak lucu, sering juga disebut “garing”. Menurut sumber dari dunia maya, kosakata “jayus” ini asal mulanya dari sekelompok remaja SMU yang bergaul di sekitar daerah Kemang. Konon ada seseorang bernama Herman Setiabudi, dia dipanggil teman-temannya Jayus karena bapaknya bernama Jayus Kelana, seorang pelukis di kawasan Blok M. Herman ini kalau melawak tidak pernah lucu. Teman-temannya sering mengomentari tiap lawakan yang tidak lucu dengan celetukan Jayus (nama bapaknya). Ucapan inilah yang kemudian diikuti teman-teman setongkrongannya di Kemang, dan tempat-tempat nongkrong anak remaja gaul. 2. Jaim Konon ucapan jaim ini dipopulerkan oleh seorang bapak yang menasehati anak perempuannya jika bergaul dengan teman laki-laki jangan mengumbar kata maupun tingkah laku alias harus bisa “jaim”. Sang anak bertanya apa itu jaim? Dan dijawab Jaim alias jaga image. Sang anakpun meniru dan mempopulerkan kata jaim itu di sekolahnya. 3. Cupu Sebutan ini lazim ditujukan untuk seorang yang berpenampilan kuno dan jadul (jaman dulu). Dengan kata lain dianggap tidak lazim mencerminkan kekinian, misalnya berkacamata tebal dan modelnya tidak trendy, kutu buku (terlalu rajin belajar), kurang bergaul dikalangan anak muda. Cupu sendiri merupakan kependekan dari kalimat “culun punya”. Culun dapat berarti “lugu-lugu bego” punya dapat berarti “benar-benar”, jika digabung menjadi : benar-benar lugu/bego. 4. Memble dan kece Kata memble dan kece merupakan kata-kata ciptaan khas Jaja Mihardja tahun 1986 muncul sebuah film berjudul “ Memble Tapi Kece” yang diperankan oleh Jaja Mihardja ditemani oleh Dorce Gamalama. 5. Booo… Kata ini populer pada pertengahan awal 1990-an penutur kata pertama boo adalah group GSP yang anggotanya Hennyta Tarigan dan Rina Gunawan. Kemudian kata-kata dilanjutkan oleh Lenong Rumpi dan menjadi pop di lingkungan pergaulan kalangan artis. Salah seorang artis bernama Titi DJ kemudian disebut sebagai artis yang benar-benar mempromosikan kata-kata ini. Sebagai remaja yang memiliki kemampuan berfikir, tentu kita mau menjadi bagian atau termasuk dari orang “asbun” alias “asal bunyi” dalam berbicara. Karena itu, sebaiknya kita meninjau kembali bahasa gaul yang setiap hari kita gunakan sudah sesuai atau tidak konteksnya dengan nilai-nilai kesopanan dan moral. Supaya tidak asal bunyi, bahasa yang digunakan seseorang mencerminkan pribadinya. Silakan menggunakan bahasa gaul sebagai cerminan bahwa kita memang remaja yang senang bergaul. Namun hati-hati, jangan karena kita merasa bangga jadi anak gaul tetapi bahasa gaul yang kita gunakan tidak tepat konteksnya atau bertentangan dengan nilai-nilai kesopanan dan moral. Sebab jika demikian bisa-bisa kita justru disebut anak yang salah gaul. Jadi kita harus pandai memilih bahasa yang baik untuk digunakan pada saat bicara. Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di masyarakat masa depan, perlu adanya usaha saat ini untuk menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional. Para orang tua, guru, pemerintah sangat dituntut kinerja mereka dalam menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan anak-anak terhadap Bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian bahasa Indonesia secara baik dan benar pada saat ini dan masa mendatang akan semakin meningkat. Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan nyata dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa pemersatu dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Berkaitan dengan pemakaian bahasa gaul dalam dunia nyata dan dunia fiksi yang menyebabkan interferensi kedalam Bahasa Indonesia dan pergeseran Bahasa Indonesia diatas, ada hal-hal yang perlu dilakukan, antara lain : a) Menyadarkan masyarakat Indonesia bahwa Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional harus diutamakan penggunaannya. b) Menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam diri generasi bangsa dan juga masyarakat luas untuk memperkukuh Bangsa Indonesia dengan penggunaan Bahasa Indonesia. c) Meningkatkan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dan di perguruan tinggi. PENUTUP Kesimpulan 1. Bahasa gaul telah menyatu di kalangan masayarakat. Bahasa gaul sering digunakan sebagai percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan sosial bahkan dalam media populer. 2. Bahasa gaul sudah muncul sejak 1970-an yaitu bahasa prokem. Pada tahun yang sama kaum waria juga ciptakan bahasa mereka sendiri, kemudian bahasa kaum banci ini menjadi bahasa pergaulan anak muda secara umum, contohnya cucok. Kata-kata bahasa inggris juga makin marak disisipkan dalam percakapan sehari-hari. 3. Kebanyakan remaja dan anak muda kurang menerapkan penggunaan Bahasa Indonesia yang baku sesuai kaidahnya karena tidak biasa dalam kehidupan sehari-hari. 4. Bahasa gaul umumnya digunakan di lingkungan perkotaan, tetapi saat ini sudah merambah ke daerah pinggiran atau pedesaan. Terdapat banyak variasi dan perbedaan dari bahasa gaul. Bergantung pada tempat seseorang tinggal. 5. Bahasa indonesia merupakan bahasa nasional yang harus diutamakan penggunaannya. Saran 1. Para remaja harus biasa menggunakan bahasa Indonesia yang baku sesuai dengan kaidahnya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Dalam forum resmi hendaknya masyarakat khususnya para remaja dan anak muda tetap menggunakan tatanan bahasa Indonesia yang baku. 3. Media cetak atau elektronik harus tetap menggunakan tatanan bahasa Indonesia yang baku dalam menyajikan informasi kepada masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Haikal, M.2007.Humor & Kamus Gaul. Jakarta : better book. Dendy Sugono, Dkk.Buku Praktis Bahasa Indonesia 1,p.34 Kompasiana.2012.Antara bahasa gaul prokem dan bahasa alay. Ponco Dewi.2013.Modul Ilmu Komunikasi,p.144 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik 4,p.77 Saputra Eko rizal.2012.Penggunaan bahasa gaul di kalangan remaja.

Leave a Reply