VISITOR

Flag Counter

TITRASI IODIMETRI

TITRASI IODIMETRI

Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam analisa jika dibandingkan dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini karena perbandingan stokiometri yang sederhana pelaksanaannya, praktis dan tidak banyak masalah dan mudah. (Nurirjawati El Ruri, 2012)
            Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi langsung dan tidak langsung. Dilakukan percobaan ini untuk menentukan kadar-kadar zat oksidator secara langsung, seperti kadar yang terdapat pada serbuk vitamin C. (Nurirjawati El Ruri, 2012)
            Dalam bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukan kadar zat-zat yang mengandung oksidator, misalnya Cl2, Fe(III), Cu(II) dan sebagainya. Sehingga mengetahui kadar suatu zat berarti mengetahui mutu dan kualitasnya. (Nurirjawati El Ruri, 2012)
            Titrasi redoks didasarkan pada pemindahan electron titran dan analit. Jenis titrasi ini biasanya diikuti dengan potensiometri, meskipun pewarna yang mengubah warna jika teroksidasi dengan kelebihan titran dapat digunakan.
      Potensial reduksi adalah suatu ukuran seberapa menguntungksannya secara termodinamik bagi suatu senyawa untuk mendapatkan electron. Nilai positif yang tinggi untuk suatu potensial reduksi menunjukkan bahwa suatu senyawa mudah tereduksi sehingga merupakan bahan pengoksidasi kuat, yaitu senyawa yang menghilangkan electron dari zat-zat dengan potensial reduksi yang lebih rendah.
            Suatu zat dengan potensial reduksi yang lebih tinggi akan mengoksidasi zat yang potensial reduksinya lebih rendah. Perbedaan potensial antara dua zat merupakan potensial reaksi dan lebih kurang merupakan perbedaan potensial yang akan diukur jika zat tersebut terdiri atas dua setengah dari suatu sel listrik. Contohnya I2 akan mengoksidasi Br- dengan mengikuti persamaan berikut ini :
       Cl+ 2 Br-                         2 Cl+Br2         (David, 2005)
            Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena zat organic dan zat anorganik dapat ditemukan dengan cara ini. Namun demikian agar titrasi redoks ini berhasil dengan baik, maka persyaratan berikut harus di penuhi :
1.    Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran electron secara stokiometri.
2.    Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur (Kesempurnaan 99%). Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai. (Pharmaceutical friend. Org, 2012)
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk memahami dan melihat penentapan kadar  dengan metode iodimetri.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami penetapan kadar iodium dengan metode iodimetri dengan menggunakan larutan baku iodium 0,1 N
Prinsip dari percobaan ini adalah berdasarkan penetapan kadar iodium dimana larutan baku sebagai reduksi dan zat uji sebagai oksidasi melalui reaksi redoks.
Iodimetri merupakan metode titrasi atau volumetri yang pada penentuan atau penetapan berdasar pada jumlah I(Iodium) yang bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodide (I).
Metode ini tergolong titrasi langsung, berbeda dengan metode iodometri yang sama-sama menggunakan I2 sebagai dasar penetapannya.
Iodimentri termasuk titrasi redoks dengan I2 sebagai titran sepetri dalam reaksi redoks umumnya yang harus selalu ada oksidator dam reduktor, sebab bila suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan electron), maka harus ada suatu unsure yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (Menangkap electron), jadi tidak mungkin hanya ada oksidator atau reduktor saja. Dalam metode analisis ini analit dioksidasikan oleh I2, sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodide, dengan kata lain I2 bertindak sebagai oksidator dengan reaksi :
                                                     I+ 2e             2l-
Indikator yang digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi biasanya adalah kanji atau amilum 0,5-1%, karbon tetraklorida atau kloroform dapat mengetahui titik akhir titrasi akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (disperse koloidal) kanji. Warna yang terjadi adalah biru tua hasil reaksi I– Amilum. Titrasi iodimetri dilakukan dalam keadaan netral atau dalam kisaran asam lemah dan basa lemah. pH tinggi (basa kuat) maka iodine dapat mengalami reaksi disproporsionasi menjadi hipoidat.
   I+ 2OH   -                   IO3- + I+ H2O     (Hamdani, 2012)
Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri). Relatiff beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium, maka jumlah penentuan penentuan iodimetrik adalah sedikit, akan tetapi banyak pereaksi oksidasi yang cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodimetrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembahasan iodium yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat.
Metode titrasi iodometri langsung (kadang-kadang dinamakan iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan ion standar. Metode titrasi tak langsung (kadang-kadang dinamakan iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia. (Ahmadi muslim, 2010)
Iodium merupakan oksidator yang relatif kuat dengan nilai potensial oksidasi sebesar +0,535√. Pada saat reaksi oksidasi, iodium akan direduksi menjadi iodida sesuai dengan reaksi.
                                            I+ 2e                             2 l-
Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil dibanding iodium. Vitamin C mempunyai reduksi yang lebih kecil daripada iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium.
Larutan baku iodium yang telah dibakukan dapat digunakan untuk membakukan larutan natrium tiosulfat. Deteksi titik akhir pada iodimetri ini dilakukan dengan menggunakan indikator amilum yang akan memberikan warna biru pada saat tercapainya titik akhir.
Pada farmakope indonesia, titrasi iodimetri digunakan untuk menetapkan kadar asam askorbat, natrium tiosulfat, metampiron (antalgin), serta natrium tiosulfat dan sediaan injeksi. (Ibnu Gholib, 2007)
Larutan I digunakan untuk mengoksidasi reduktor  secara kuantitatif pada titik ekuivalennya. Namun, cara pertama ini jarang diterapkan karena I2 merupakan oksidator lemah, dan adanya oksidator kuat akan memberikan reaksi samping dengan reduktor. Adanya reaksi samping ini mengakibatkan penyimangan hasil penetapan. (Mulyono, 2011)

Anonim, 2012. //www.iodo-iodimetri.com.2012
Anonim, 2010.//www. Titrasi iodometri dan iodimetri.com
Anonim. 2012.//www. Titrasi iodimetri.com
David. 2010. Analisis farmasi. Buku kedokteran : Jakarta
Direktur jenderal RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departeman RI : Jakarta
Gholib, ibnu. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka pelajar : Yogyakarta.
Mulyono, 2011. Membuat Reagen Kimia. Bumi Aksara : Jakarta
Tim Dosen UIT. 2012. Penuntun praktikum Kimia Analisis. Universitas Indonesia Timur : Makassar

Leave a Reply