VISITOR

Flag Counter

antibiotik dan antimikroba

MAKALAH BAKTERIOLOGI UJI ANTIBIOTIK DAN ANTIMIKROBA DISUSUN OLEH: 1. RISTA DEWI S (A102.10.056) 2. WINDY MARETTA P (A102.10.068) 3. YHOSHIKI ALIFIA K (A102.10.070) AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN 2014/2015 BAB I PENDAHULUAN A. Sejarah Antibiotik Antibiotik, seperti yang kita ketahui saat ini ternyata berasal dari bakteri yang dilemahkan, tidak ada yang menduga bahwa bakteri lemah tersebut mampu membunuh bakteri lain yang berkembang dalam tubuh makhluk hidup. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama jamur, yang dapat menghambat pertumbuhan ataupun membunuh mikroba lain. Pada tahun 1929, Fleming mengamati substansi bakteri-ostatik yang dihasilkan jamur Penicillium notatum dan diberi namaPenicillin. Sejak itu penisilin dikenal dan diketahui dapat diproduksi oleh berbagai jamur.Namun karena kurang stabil terutamabio-aktivitasnya akan hilang bila diuapkan sampai kering, maka penisilin kemudian ditinggalkan. Sekitar tahun 1939, Florey dan kawan-kawan melakukan percobaan kembali terhadap kemungkinan penggunaan penisilin Fleming untuk terapi. Tahun 1940, Chain dan kawan-kawan juga melakukan penelitian penisilin, mereka membiakkan organisme Fleming dan pada waktu ekstraksi dikontrol pada temperatur rendah, akhirnya mereka mampu memekatkan penisilin sampai 1000 kali, serta dapat menghasilkan garam penisilin berbentuk bubuk kering yang mempunyai stabilitas baik terutama bila disimpan. Hasil ini merupakan kemajuan besar dalam perkembangan produksi antibiotik terutama penisilin dan merupakan tonggak sejarah manusia dalam memerangi penyakit infeksi. Pada waktu yang hampir sama, di Rockefeller Institute for Medical Research New York. Dubos menemukan antibiotik komplek tyrothricin yang diproduksi oleh bakteri tanah Baccilus brevis.Selanjutnya Dubos, Waksman dan Woodruff menemukan aktinomisin yang diperoleh dari biakan aktinomisetes. Pada tahun 1944 Selman Waksman menemukan streptomisin yang merupakan salah satu antibiotik yang dihasilkan oleh Streptomyces anggota dari aktinomisetes. Streptomisin merupakan anti tuberculosis yang mujarab. Perkembangan ini merangsang penelitian lebih lanjut terhadap genus streptomises dalam usaha mencari mikroorganisme penghasil antibiotik.Sejak itu aktinomisetes terutama streptomises menjadi gudang utama untuk memperoleh antibiotik baru.Di berbagai lembaga penelitian dilakukan pencarian antibiotik dari berbagai tipe mikroorganisme terutama aktinomisetes dan telah berhasil mendapatkan antibiotik baru. Pada tahun 1945 telah ditemukan basitrasin yang dihasilkan oleh Bacillus, diikuti khloramfenikol oleh Strepto-myces venezuelae dan polimiksin oleh B. polymyxa pada tahun 1947, khlortetrasiklin oleh S. aureofaciens pada tahun 1948 dan neomisin oleh S. fradiae tahun 1949, oksitetrasiklin 1950 dan eritromisin 1952, keduanya dihasilkan oleh Streptomyces. Kanamisin ditemukan oleh Umezawa dan koleganya tahun 1957 dari biakan streptomyces.Semua ini merupakan antibiotik yang sangat penting dan sampai saat ini masih diperhitungkan sebagai salah satu antibiotik untuk melawan infeksi. Pada tahun enam puluhan, penemuan antibiotik agak berkurang tetapi usaha penemuan dilakukan untuk aplikasi yang lebih luas yaitu untuk mencari antifungal, anti mikoplasmal, anti spirochetal, anti protozoal, anti tumor, anti virus, dan antibiotik untuk penggunaan non-medis.Pada dekade ini problem resistensi bakteri terhadap antibiotik mulai muncul dan telah berkembang, sehingga memacu mencari antibiotik baru atau derivat antibiotik yang telah dikenal untuk menggantikan antibiotik yang sudah ada.   BAB II ISI A. ANTIBIOTIK Antibiotik berasal dari dua kata Yunani, yaitu ‘anti’ yang berarti ‘melawan’ dan ‘bios’ yang berarti ‘hidup’. Antibiotik merupakan produk metabolit yang dihasilkan suatu mikroorganisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil bersifat merusak atau menghambat mikroorganisme lain. Dengan perkataan lain, antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang menghambat mikroorganisme lain. Antibiotik ini menunjukkan aktivitas toksisitas selektif dan mungkin berbeda pada tiap organisme. Sebagian besar antibiotik yang digunakan dalam beberapa decade terakhir murni berasal dari mikroba Jenis antibiotik yang dikategorikan berdasarkan struktur kimia adalah sebagai berikut: 1. Penisilin (Penicillins) Penisilin atau antibiotik beta-laktam adalah kelas antibiotik yang merusak dinding sel bakteri saat bakteri sedang dalam proses reproduksi. Penisilin adalah kelompok agen bakterisida yang terdiri dari penisilin G, penisilin V, ampisilin, tikarsilin, kloksasilin, oksasilin, amoksisilin, dan nafsilin. Antibiotik ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berkaitan dengan kulit, gigi, mata, telinga, saluran pernapasan, dll. Sebagian orang mungkin mengalami alergi terhadap penisilin dengan keluhan ruam atau demam karena hipersensitivitas terhadap antibiotik. Seringkali penisilin diberikan dalam kombinasi dengan berbagai jenis antibiotik lainnya. 2. Sefalosporin (Cephalosporins) Sefalosporin, seperti penisilin, bekerja dengan mengganggu pembentukan dinding sel bakteri selama reproduksi.Namun, antibiotik ini mampu mengobati berbagai infeksi bakteri yang tidak dapat diobati dengan penisilin, seperti meningitis, gonorrhea, dll. Dalam kasus dimana orang sensitif terhadap penisilin, maka sefalosporin bisa diberikan sebagai alternatif. Namun, dalam banyak kasus, ketika seseorang alergi terhadap penisilin, maka kemungkinan besar dia akan alergi terhadap sefalosporin juga. Ruam, diare, kejang perut, dan demam adalah efek samping dari antibiotik ini. Contoh : sefaleksin, sefamandol, sefouroksin, sefotaksin, seftazidin, aztreonam 3. Aminoglikosida (Aminoglycosides) Jenis antibiotik ini menghambat pembentukan protein bakteri. Karena efektif dalam menghambat produksi protein bakteri, aminoglikosida diberikan antara lain untuk mengobati tifus dan pneumonia.Meskipun efektif dalam mengobati bakteri penyebab infeksi, terdapat risiko bakteri semakin tahan terhadap antibiotik ini. Aminoglikosida juga diberikan dalam kombinasi dengan penisilin atau sefalosporin. Aminoglikosida efektif mengendalikan dan mengobati infeksi bakteri, namun berpotensi melemahkan ginjal dan fungsi hati. Contoh: streptomisin, gentamisin, amiksin, neomisin paromomisin. 4. Makrolida (Macrolides) dan linkomisin. Sama seperti sebelumnya, antibiotik ini mengganggu pembentukan protein bakteri. Makrolida mencegah biosintesis protein bakteri dan biasanya diberikan untuk mengobati pasien yang sangat sensitif terhadap penisilin. Makrolida memiliki spektrum lebih luas dibandingkan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran lambung, dll. Ketidaknyamanan pencernaan, mual, dan diare adalah beberapa efek samping dari makrolida. Selain itu, wanita hamil dan menyusui tidak boleh mengonsumsi makrolida.Contoh : eritromisin, azitromisin, spiramisin, linkomisin. 5. Sulfonamida (Sulfonamides) Obat ini efektif mengobati infeksi ginjal, namun sayangnya memiliki efek berbahaya pada ginjal. Untuk mencegah pembentukan kristal obat, pasien harus minum sejumlah besar air. Salah satu obat sulfa yang paling sering digunakan adalah gantrisin. 6. Fluoroquinolones Fluoroquinolones adalah satu-satunya kelas antibiotik yang secara langsung menghentikan sintesis DNA bakteri.Karena dapat diserap dengan sangat baik oleh tubuh, fluoroquinolones dapat diberikan secara oral. Antibiotik ini dianggap relatif aman dan banyak digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih dan saluran pernapasan. Namun, fluoroquinolones diduga mempengaruhi pertumbuhan tulang.Itu sebab, obat ini tidak direkomendasikan untuk wanita hamil atau anak-anak. Efek samping yang sering timbul meliputi mual, muntah, diare, dll 7. Tetrasiklin (tetracyclines) dan polipeptida (polypeptides) Tetrasiklin adalah antibiotik spektrum luas yang digunakan untuk mengobati berbagai infeksi seperti infeksi telinga tengah, saluran pernafasan, saluran kemih, dll.Pasien dengan masalah hati harus hati-hati saat mengambil tetrasiklin karena dapat memperburuk masalah.Contoh : tetrasiklin, doksisiklin. 8. Polipeptida Polipeptida dianggap cukup beracun sehingga terutama digunakan pada permukaan kulit saja.Ketika disuntikkan ke dalam kulit, polipeptida bisa menyebabkan efek samping seperti kerusakan ginjal dan saraf.Contoh :polimiksin B, basitrasin, gramsidin. Sifat-sifat antibiotik sebaiknya: • Menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak host • Bersifat bakterisid • Tidak menyebabkan resistensi terhadap kuman • Berspektrum luas • Tidak bersifat alenergik atau menimbulkan efek samping jika digunakan dalam waktu lama • Aktif dalam plasma, cairan badan, atau eksudat • Larut dalam air serta stabil • Bakterial level di dalam tubuh cepat dicapai dan bertahan untuk waktu lama. Antibiotik mengganggu bagian-bagian yang peka dalam sel, yaitu: • Sintesis dinding sel • Fungsi membran • Sintesis protein • Metabolisme asam nukleat • Metabolisme intermedier Suatu bahan diklasifikasikan sebagai antibiotika apabila: 1. Bahan tersebut merupakan produk metabolisme (alami mapupun sintesis) 2. Bahan tersebut adalah produk sintesis yang dihasilkan sebagai analog struktur suatu antibiotika yang terdapat di alam. 3. Bahan tersebut mengantagonis pertumbuhan atau keselamatan suatu spesies mikroorganisme atau lebih. 4. Bahan tersebut efektif dalam konsentrasi rendah. B. ANTIMIKROBA Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme.Zat antimikroba dapat bersifat membunuh mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme (microbiostatic).Disinfektan yaitu suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah.Adapun antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik; dan ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima kelompok, yaitu: 1. Yang mengganggu metabolisme sel mikroba. 2. Yang menghambat sintesis dinding sel mikroba. 3. Yang mengganggu permeabilitas membran sel mikroba. 4. Yang menghambat sintesis protein sel mikroba. 5. Yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba. Penggunaan terapeutik antimikroba di klinik bertujuan membasmi mikroba penyebab infeksi.Penyakit infeksi dengan gejala klinik ringan, tidak perlu segera mendapatkan antimikroba.Menunda pemberian antimikroba malah memberikan kesempatan terangsangnya mekanisme kekebalan tubuh. Senyawa antimikroba adalah senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba. Antimikroba dapat dikelompokkan menjadi antiseptik dan desinfektan.Antiseptik adalah pembunuh mikroba dengan daya rendah dan biasa digunakan pada kulit, misalnya alkohol dan deterjen.Desinfektan adalah senyawa kimia yang dapat membunuh mikroba dan biasa digunakan untuk membersihkan meja, lantai, dan peralatan. Contoh desinfektan yang digunakan adalah senyawa klorin, hipoklorit, dan tembaga sulfat. C. JENIS UJI ANTIBIOTIK DAN ANTIMIKROBA Uji potensi antibiotik dilakukan dalam dua metode yaitu metode kertas saring (Kirby and Bauer) dan metode d’Aubert. • Metode kertas saring (Kirby and Bauer) Metode ini menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan menggunakan zat zat kimia seperti fungisida, bakterisida, dan insektisida. Prosedur difusi kertas cakram agar yang distandardisasikan (metode Kirby Bauer) merupakan cara untuk menentukan sensitivitas antibiotik untuk bakteri. Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat yang terbentuk.Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka terhadap suatu antibiotik. Faktor yang mempengaruhi metode Kirby-Bauer : - Konsentrasi mikroba uji - Konsentrasi antibiotik yang terdapat dalam cakram - Jenis antibiotik. - pH medium. Cara kerja pengujian antibiotik dengan metode Kirby-Bauer : 1. Celupkan cotton bud (cotton swab) dalam biakan bakteri kemudian tekan kapas ke sisi tabung agar air tiris 2. Ulaskan pada seluruh permukaan cawan Mueller-Hinton Agar secara merata 3. Biarkan cawan selama 5 menit 4. Kertas cakram dicelupkan dalam larutan antibiotik dengan konsentrasi tertentu. 5. Angkat, biarkan sejenak agar tiris, selanjutnya letakkan kertas cakram pada permukaan agar. 6. Kertas cakram ditekan menggunakan pinset supaya menempel sempurna di permukaan agar. 7. Inkubasi pada suhu 37˚C selama 24-48 jam. 8. Ukur diameter zona hambat (mm). Cara menginterpretasikan : Ukur diameter zona hambat (zona jernih), misal didapatkan zona hambat suatu bakteri berdiameter 26 mm untuk Eryhtromycin maka interpretasinya adalah bakteri tersebut peka terhadap antibiotik Eryhtromycin. Resistent : tahan Intermediate : medium Susceptible : peka. Metode d’Aubert yaitu metode yang digunakan untuk memeriksa kadar antibiotika dalam bahan makanan sebagai bahan pengawet. D. PENGARUH ANTIBIOTIK DAN ANTIMIKROBA TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Pengaruh konsentrasi antibiotik terhadap pertumbuhan bakteri adalah semakin besar konsentrasi dari antibiotik maka kemampuan antibiotik untuk menghambat atau membunuh bakteri akan semakin besar (efektifitas kerja antibiotik meningkat).   DAFTAR PUSTAKA Dwidjoseputro, D. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi.Djambatan. Jakarta. Jawetz, Melnick, Adelberg’s. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta. Katzung, B.G. 2004.Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Leave a Reply